Ga terasa kalo meninjau kalender Masehi, hari ini adalah tanggal 1 Maret 2015.Ucapan selamat dan doa dari keluarga, dan sahabat mengalir deras menghiasi wall jejaring sosial. Semua memberikan kata-kata indah dan penuh makna serta untaian doa mengharap segala kebaikan tuk diriku. Dan atas semua itu saya mengucapkan Jakallahu khoiron, mengingatkan telah berkurangnya waktu dan kesempatan. Semoga kemuliaan, kasih sayang, kebahagiaan, iman, kenikmatan ibadah,ijabah, sabar, tawakal, kematangan, kebaikan, kecerdasan, kebersihan hati, kebijakan, keterampilan, kebajikan dan kesuksesan senantiasa melimpah untuk kalian semua dan keluarga, sepanjang waktu sepanjang usia.
Dan harap dimaklumi rekans semuanya...karena saya ga pernah menuliskan hal yang sama di wall jejaring sosial atau di indox anda. karena saya lebih memilih tuk tetap mendoakan kalian dengan cara yang lain. InsyaaAllah saya akan tetap mendoakan kalian semua disetiap untaian doa yang terucap.
Dari Abu Ad-Darda’ Radiyallahu anhu, beliau berkata: Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.”
(HR. Muslim no. 4912)
Mendoakan sesama muslim tanpa sepengatahuan orangnya termasuk dari sunnah hasanah yang telah diamalkan turun-temurun oleh para Nabi -alaihimushshalatu wassalam- dan juga orang-orang saleh yang mengikuti mereka. Mereka senang kalau kaum muslimin mendapatkan kebaikan, sehingga merekapun mendoakan saudaranya di dalam doa mereka tatkala mereka mendoakan diri mereka sendiri. Dan ini di antara sebab terbesar tersebarnya kasih sayang dan kecintaan di antara kaum muslimin, serta menunjukkan kesempuraan iman mereka. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
“Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik)
Karenanya Allah dan Rasul-Nya memotifasi kaum muslimin untuk senantiasa mendoakan saudaranya, sampai-sampai Allah Ta’ala mengutus malaikat yang khusus bertugas untuk meng’amin’kan setiap doa seorang muslim untuk saudaranya dan sebagai balasannya malaikat itupun diperintahkan oleh Allah untuk mendoakan orang yang berdoa tersebut. Berhubung doa malaikat adalah mustajabah, maka kita bisa menyatakan bahwa mendoakan sesama muslim tanpa sepengetahuannya termasuk dari doa-doa mustajabah. Karenanya jika dia mendoakan untuk saudaranya -dan tentu saja doa yang sama akan kembali kepadanya- maka potensi dikabulkannya akan lebih besar dibandingkan dia mendoakan untuk dirinya sendiri.
Hanya saja satu batasan yang disebutkan dalam hadits -agar malaikat meng’amin’kan- adalah saudara kita itu tidak mengetahui kalau kita sedang mendoakan kebaikan untuknya. Jika dia mengetahui bahwa dirinya didoakan maka lahiriah hadits menunjukkan malaikat tidak meng’amin’kan, walaupun tetap saja orang yang berdoa mendapatkan keutamaan karena telah mendoakan saudaranya. Hanya saja kita mendoakannya tanpa sepengetahuannya lebih menjaga keikhlasan dan lebih berpengaruh dalam kasih sayang dan kecintaan.
Saya jadi teringat dengan cuplikan kajian Ustadz Fariq Qasim.... mengasah hati
“Saat engkau tertidur lelap, boleh jadi pintu-pintu langit diketuk oleh puluhan doa yang memohonkan kebaikan untukmu…
(Do’a itu datang) dari si fakir yang pernah engkau tolong....
dari orang yang lapar yang pernah engkau beri makan....
dari orang sedih yang pernah engkau bahagiakan.....
dari orang yang pernah berpapasan denganmu dan kau beri senyuman untuknya....
atau dari orang yang dihimpit kesulitan yang telah engkau lapangkan…
Maka jangan pernah meremehkan sebuah kebajikan untuk selama lamanya..”
(Perkataan Ibnul Qoyyim Al Jauziyah)
Hari kelahiran saya yang kadang diingatkan para sahabat di tanggal 28-Feb dan syukur-syukur kalo bertepatan dengan tahun kabisat di meriahkan di jejaring sosial di tanggal 29-Feb bahkan terkadang diramaikan di wall jejaring sosial di tanggal 1-Mar..... Hari tersebut bagi saya pribadi tak ada yang spesial dan nyaris sama seperti hari-hari lainnya. dihari tersebut saya masih harus bekerja tuk menafkahi keluarga dan di hari itu juga sama seperti hari lainnya dimana saya harus tetep menunaikan kewajiban sebagai seorang ayah dan juga seorang suami. tak ada kue ulang tahun dalam rumah... tak ada lilin yang bertuliskan angka yang menyimbolkan total usia saat ini. dan jujur saja semua ini saya lakukan bukan karena pelit atau irit atau bukan karena saya tidak romantis. Saya semata-mata ingin mengajarkan kepada saya dan keluarga bahwa sebagai seorang muslim cukup sudah hari perayaan bagi saya dan keluarga adalah ied fitri dan ied adha.
Ada sebagian kawan menyarankan tuk merayakan "Milad" (agak kedengeran islami) dengan cara syukuran mengundang orang tertentu tuk bersama-sama berdoa agar di berikan segala kebaikan. Emang kedengarannya. (lagi-lagi kedengarannya agak islami) tapi hati kecil ini bertanya.... kalo saya mau ngundang orang-orang tertentu, apa mesti nunggu setahun sekali? dan kenapa harus di hari kelahiran? dan kalaupun saya harus melakukannya setidaknya saya harus punya referensi yang tepat. dan lagi dan lagi....saya ga mendapatkan satu contoh saja tuk melakukan perayaaan hari kelahiran dari panutan saya dan panutan semua umat islam, Rasulullah Muhammad Shallallahu'alaihi wassalam dan bahkan tidak juga ku temukan contohnya dari para sahabat Radiyallahu anhuma. Maka saya putuskan tuk tidak melakukannya.karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak”
[HR. Bukhari-Muslim]
Saya hanya mencoba berpikir bahwa pada hakikatnya di setiap hari "ulang tahun" adalah hari dimana usia kita di dunia ini semakin berkurang. dan seandainya kita sadar bahwa "hari ulang tahun" adalah peringatan semakin dekatnya kita ke AJAL, masihkah kita mau memeriahkannya dengan segenap kemeriahan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda di sini