Kira-kira gitu deh pernyataan yang muncul kalo ada orang baru nanya ke saya perihal dah berapa lama tinggal di saudi arabia. Kadang risih and kadang juga bangga dan kadang juga sedih. Pokoke semua tumplek jadi satu bak toge, kacang panjang sama sayur kangkung yang bercampur aduk sama gurihnya sambel kacang dalam sebuah pecel. Emang rada susahnya ngebedain antara "Betah dan Butuh". Tipis bangeeeeed, setipis kertas minyak pembungkus roti yang udah kena margarin.Dan untuk menjawab pertanyaan sesulit ini maka waktu juga yang mengajarkan, cukup bersikap sedikit dibuat seakan-akan bilaksana sambil memberatkan sedikit intonasi suara maka dengan dalem menjawab "Betah dan Butuh itu ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan"
Tapi jujur.... kalo mendengar pertanyaan seperti itu seakan ada yang ngingetin lagi akan keberadaan kita di negeri ini. sampe-sampe sempet terdiam sejenak sambil menundukan kepala seakan ada sosok gue yang lain dalam kemasan serba pitih polos yang seraya berujar dalam lubuk hati yang pualing dalem... "Ciyeeeee....Ciyeeeee yang dah 6 tahun" tapi di sisi lain muncul pula sosok berbalut warna merah menyala yang juga ga mau ketinggalan ngomporin "Woiiii dah 6 tahun.... REPELITA-nya pak harto aja cuma sampe 5 tahun...." ga malu sama presiden sekarang...mereka aja maksimal cuma bisa kerja kontrak sampe 4 tahun doank". Semua itu berkecamuk dahsyat jadi satu, yang menyisakan rasa sakit yang sulit diobati...pembaca taukan sakitnya dimana?....sakinya tuh disini (sambil nunjuk dompet yang ketebelan sampe susah duduk) hueheheheheeeeeeeee
Udah ahhhh... dari setadi becanda mulu. kesian tuh pembaca ga dapat nilai edukasi dari blog ini. entar bisa-bisa blog ini dilaporin ke KPI dan ujung-ujungnya di blok dah... (jangan sampeeeeeeeeee). Terus terang aja, sebenarnya saya cuma mau berbagi cerita aja tentang perjalanan kilas balik 2014 yang memasuki detik-detik perjalanan 6 tahun jadi TKI di saudi arabia. dan untuk mempersingkat waktu maka saya akan mulai ceritanya.... eng ing eng.....
6 tahun bukanlah waktu yang singkat....
6 tahun juga bukan hanya kumpulan cerita sukses para pengais rezeki di bumi petrodollar...
6 tahun bukan pula kumpulan elegi para TKI Saudi.
6 tahun adalah sebuah kisah perjalanan hidup yang banyak memberikan pelajaran hidup
6 tahun adalah proses pembentukan karakter yang membuat kita lebih dewasa...lebih peka...
6 tahun adalah bla...bla...bla...
dan tahun pertama adalah tahun terberat dari sebuah proses pembelajaran...
tahap awal atau lebih layak disebut tahap transisi bahkan lebih parah lagi biasanya disebut sebagai era seleksi alam.ditahun ini kita bertransformasi dari kultur indonesia ke kultur timur tengah. kebiasaan berkomnuikasi dengan bahasa ibu harus di rekonstruksi tuk terbiasa berucap dengan bahasa kompeni bahkan kalo selama ini mengenal bahasa arab dari bacaan kitab suci Al Quran maka ini mau tidak mau harus bin wajib tuk bisa sedikit demi sedikit mengerti/mengetahui cara membaca dari banyak tulisan arab yang nyarisada di semua pamflet/brosur dll.
Ditahun pertama ini juga dimulai tuk membiasakan diri tuk bersikap mandiri...dari kebiasaan menggunakan jasa sekertaris tuk urusan kantor dan harus dirubah ke system "self-service" untuk segala urusan kantor sampe mencoba membiasakan diri tuk bisa menyiapkan sesuatunya sendiri tuk keperluan pribadi di lingkup rumah tangga (kalo meminjam bahasa caca handika..."masak-masak sendiri, cuci baju sendiri")
Ditahun ini juga menjadi proses pembelajaran tuk dapat menerima segala kelebihan (kelebihan bau badan) dan kekurangan (kurang rajin sikat gigi) para "Pasangan" kita (room mate). Karena di tahap ini biasanya para new comers masih berstatus "temporary bachelor" maka mau ga mau harus berbagi kamar tuk bisa menyimpan uang saku dan konsekuensinya adalah seperti yang saya sebutin diatas (mesti legowo nerimo kelebihan dan kekurangan dari room mate) Dan jujur aja... ga sedikit dari para TKI yang suka bergonta-ganti pasangan dalam kurun waktu setahun pertama.
Dan untuk masalah kerjaan.... di tahun ini merupakan tahun pembuktian akan kapasitas kita yang harus membiasakan diri dengan status baru "expatriat".... artinya kita harus bisa membuktikan kalo kita harus memiliki kemampuan diatas rata-rata pribumi (walaupun gajinya ga lebih baik dari pribumi) dan untuk melewati masa-masa ini kuncinya cuma satu "SABAR" dan ingat bila kesabaran anda di uji...maka kembali lagi ke alasan awal kenapa berani nyebrang ke negeri orang? dan saya yakin kepada mereka-mereka yang dah memutuskan tuk hijrah atau exodus antar negara...mereka dalah orang-orang yang berani yang memiliki seribu-satu alasan indah tuk ninggalin bumi pertiwi yang indah karena ga mungkin seseorang ninggalin sesuatu yang indah buat sesuatu yang jelek.
Tahun-tahun awal adalah phase terberat dan tidak sedikit cerita sedih bercampur kocak terekam di benak ini. Muali dari yang duduk termenung di pinggir pantai sambil meneteskan air mata. sampe kisah. sampe kisah pertengkaran "rumah tangga" dengan sesama room mate. tapi yang bikin ketawa malah mereka yang mengalami kisah tragis macam itu...adalah mereka-mereka yang bertahan hingga saat ini bahkan ada yang sudah memutuskan tuk tidak akan pernah datang tuk bekerja di timur tengah lagi...ternyata tergiur juga akan aroma parrotha dan kembali lagi ke kota yang sama di waktu dan tempat yang berbeda.
Ada beberapa pesan singkat dari mbah bejo yang merupakan teman dekat penulis:
1. Tetapkanlah garuda di dadamu walau Riyal tekah melekat didompetmu.
2. Jangan bersikap materialistis namun tetap bersikap RIYAListis
3.Tetaplah SABAR...karena TKI yang Sabar perutnya LEBAR.
Bersambung............
Indo-jubail 2010....Jabal Ghara Al Ahsa
Indo-jubail 2009... Al Hason
Indo-jubail 2008 (Photo courtesy pak Budi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda di sini